Bahagia Itu Sederhana

Hasil gambar untuk kartun jatuh cinta lucu

Pagi itu, Supri berangkat sekolah sambil membawa nampan berisi gorengan yang dimasaknya subuh tadi. Dengan riang gembira, ia melangkah menuju sekolah. Supri kecil hidup sebatang kara. Ibunya meninggal saat melahirkan, sedangkan ayahnya meninggal saat dilahirkan. Supri berjualan gorengan demi menghidupi diri dan membayar sekolah. Teman-temannya ada yang mendukung, ada juga yang mencibirnya. Tapi prinsip hidup Supri ; Dia gak akan ngedengerin komentar pedes orang-orang yang nggak memberinya nasi. itulah kenapa, Supri tidak mudah terintimidasi.

Sebelumnya, Supri tinggal di panti asuhan sampai berumur 10 tahun. Lalu ia mulai belajar hidup mandiri dan tinggal di rumah Almarhum orang tuanya dulu dengan bekal ilmu mengurus diri yang diajarkan di panti asuhan. Menurut ajaran pengurus panti, manusia harus bisa menyaring perkataan orang kalo mau kehidupannya maju. Terlalu banyak mendengar omongan orang, akan mendorong kita menjadi pribadi yang jauh dari sejatinya kita sendiri. Alhasil, kita cuma dijadiin 'wayang' yang dikendalikan orang. Iya, petuah itu yang membuat supri lebih peduli dengan apa yang ia jalani, daripada apa yang orang lain katakan.

Pernah Supri dibully oleh kakak kelasnya di SD. Saat dia berjualan, para berandalan itu gigitin gorengannya satu-satu, lalu dibalikin ke nampan sambil bilang, "Ah! gorengan lo gak enak! males beli, ah!". Supri gak mau marah, karena baginya marah gak akan nyelesain apa-apa, yang ada malah tambah panjang. Supri hanya diam sambil doain semoga para berandalan itu mengalami sariawan di pantat. Yang dia tidak tau adalah, ada seorang cewek yang memperhatikannya sambil tersenyum penuh haru.

Memasuki SMP, Supri mencoba pake strategi baru dalam menjual gorengannya. Dia menitipkan gorengannya di kantin sekolah dengan pembagian laba 75% : 25%. Setiap pulang sekolah, dia mengambil uang hasil penjualan itu di kantin. Anehnya, setiap mengambil duit dan nampan wadah, selalu ada 10 gorengan tersisa. Padahal, dari jumlah uang yang diterima, harusnya gorengannya habis semua. Lalu supri bertanya kepada mbak kantin,
"Ini uangnya kebanyakan ya, mbak ? Gorenganku masih nyisa tuh.."
Mbak kantin cuma jawab,
"Iya. Tadi ada yang beli, cuma gak diambil. Gak tau.. mungkin dia buru-buru.."

Anehnya, hal itu terjadi berulang kali. "Masa iya tiap hari ada aja orang yang terlalu buru-buru untuk ngambil gorengannya ?"  Tapi, Supri gak mau ambil pusing, yang penting pemasukannya lancar!

Memasuki jenjang SMA, Supri masih berjualan gorengan, tapi caranya udah beda. Sekarang dia mencoba mengikuti zaman. Supri kini berjualan gorengan lewat Instagram. Jadi, tiap ada orang yang upload foto, dia bakal komen, "Cek IG aku, ya, kak. Ada gorengan gurih dan lezat buat nemenin makan kakak hari ini :)"


Tentunya, dengan banyaknya orang yang tau gorengannya Supri. Penjualan Supri kini menjadi laris manis. Dalam bisnisnya, Supri mendapatkan banyak sekali pelanggan. Tapi diantara banyak pelanggan, ada satu pelanggan yang cukup aneh sikapnya. Akun instagramnya, @Ningsih_Cutezz . Cewek itu suka mesen gorengannya Supri lewat sms. " Halo, aku pesen gorengan kamu 20 ribu, ya. Uangnya udah aku transfer."  Waktu Supri tanya mau dikirim ke alamat mana, jawaban Ningsih selalu begini, "Gak usah dikirim, itu aku pesen buat kamu. Aku cuma mau mastiin kamu gak kelaperan hari ini."

Supri dibuat bingung sama pelanggan yang satu ini. Tapi karena sedang mengejar kesuksesan, ia tidak begitu memikirkannya. Supri kembali fokus pada pekerjaannya.

Hari-hari berlalu, bulan dan tahun berganti. Saat lulus SMA, Supri tetap sibuk mengurus pekerjannya, sementara Ningsih juga masih rutin mengorder gorengan dengan bilang, "Gak usah dikirim, itu aku pesen buat kamu. Aku cuma mau mastiin kamu gak kelaperan hari ini."

Lama-lama, usaha Supri makin maju. Omzet usaha gorengannya sudah mencapai miliaran. Instagram Supri isinya udah bukan foto-foto gorengan lagi, tapi lebih banyak foto dia lagi jalan-jalan ke luar negeri, koleksi mobil mewah, dan rumah supri yang luar biasa besarnya. Saking besarnya rumah Supri, pembantu nya untuk jalan dari ruang tamu ke dapur, terpaksa harus naik metromini.

Tampaknya Supri sudah mulai lupa bagaimana kehidupan masa lalunya. Yang dia lakukan sekarang hanyalah mengejar kesenangan dan kesenangan. Hilang sudah sosok Supri yang dulu. Yang ada hanyalah sosok yang sedang 'balas dendam' dengan kejamnya hidup di masa lalu.

Sayangnya, cepat atau lambat mengejar kesenangan akan menemui titik jenuhnya. Titik jenuh itu datang saat semua sudah terasa hambar dan sia-sia. Tak ada lagi makanan enak, karena sudah terbiasa makan enak. Tak ada lagi rasa syukur, karena sudah tidak lagi hidup kekurangan. Semua kemewahan yang dimilik Supri benar-benar pemicu kehambaran.

Saat rasa hambar menyapa, Supri teringat kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang ia dapatkan setiap harinya. Salah satunya kalimat, "Aku cuma mau mastiin kamu gak kelaperan hari ini." Dia baru ingat, perhatian kecil dari orang asing itu juga ikut hilang sejak kesuksesannya. Memang sepele, tapi sekecil apapun sebuah perhatian, kalo itu rutin dilakukan, akan berubah jadi candu bagi pemiliknya. Dalam hatinya, Supri membatin, "Ternyata rasa ini ada, ya ? Gimana bisa gue ngerasa kehilangan sesuatu yang belum pernah gue miliki ?"

Berbulan-bulan Supri mencoba mencari tau siapa itu Ningsih, tapi tak ada hasil. Nomor Ningsih yang biasa dipake untuk mesen gorengan pun gak bisa dihubungi. Supri merasa hidupnya sudah kehilangan warna. Memang, segala kemewahan hanyalah penghasil tawa, bukan bahagia. Tawa bisa hilang dalam hitungan detik, tapi bahagia akan selalu diingat dan membuat hati hangat.

Terperangkap rasa putus asa membuat Supri coba melakukan hal nekat. Dia ingin menjadi pribadi nya yang dulu. Harapannya, adalah mendapatkan hidupnya yang berwarna sekali lagi. Akhirnya ia jual semua benda mewah yang dimilikinya. Lalu uangnya disumbangkan ke panti asuhan tempat ia pernah tinggal. Praktis, Supri tidak punya apa-apa lagi. Kali ini, dengan uang yang tersisa, ia mencoba untuk menjual parfum. kenapa Supri tidak menjual gorengan lagi ? Karena Supri tidak mau melakukan hal yang sama, petualangan yang sama, dan kesuksesan yang sama.

Supri jualan parfum via web pribadi dan twitter. Dia berjualan seperti dulu, dengan harapan bisa merasakan indahnya merintis karir seperti dulu.

Suatu sore, Supri mendapatkan pesanan parfum via sms.
"Mas, aku pesen parfum Hugo Boss, ya."

Supri pun menjawab, "Oke, bro. Nanti setelah anda transfer, barangnya akan saya kirim."

Pembeli itu membalas lagi, "Kok, bro ? Saya cewek, loh.. hehe"

Supri buru-buru minta maaf, "Maaf, mbak Maaf. Saya kira anda cowok. Soalnya itu parfum buat cowok. Maaf..."

SMS itu berbalas lagi, "Haha. Gapapa. Uangnya sudah aku transfer, ya. Parfumnya gak perlu dikirim. Aku cuma mau mastiin kamu wangi hari ini, dan saat ketemu aku nanti :)"

SMS itu membuat senyum kebahagiaan Supri yang telah lama hilang akhirnya muncul lagi. Dengan hati yang berbunga-bunga dan senyuman yang amat merekah, Supri pun menjawab, "Terima kasih. Dari kamu aku belajar, hidup tanpa apa-apa emang pedih, tapi lebih pedih lagi kalo hidup tanpa punya siapa-siapa. Terima kasih, Ningsih :) "

Hasil gambar untuk cinta karena terbiasa


Postingan ini disponsori oleh :

Hasil gambar untuk Relationshit

Comments