Negeri Ironi

Kau bilang indah, sampahmu dimana-mana...
Kau bilang adil, kesenjangan tampak berada...
Kau bilang makmur, kemiskinan mudah dijumpa...
Kau bilang damai, kekerasan masih terjaga...

Kau bilang kami kaya, hingga harta kau serahkan untuk asing...
Kau bilang kami hijau, lalu kau habiskan karena bosan...
Bosan dengan hijau, bosan hidup tentram...

Bakar! Bakar semua!
Hingga kalian puas melihat kami makin menderita...
Habiskan! Habiskan sekarang juga!
Jangan berhenti sebelum negeri ini hancur...

69 tahun kami terbebas...
Terbebas dari kejamnya bangsa asing...
Sakit, pedih, dan luka yang dibiarkan menganga, hilang sudah...
Datang riang, membuat sorak, menyeru garuda, terbang tinggi...
Dalam mimpi...

Sekarang, semua sama...
Tak ada beda, apalagi spesial...
Untuk kami, warga pelosok desa...
Jauh dari kesibukan kota...

Penyakit mudah datang...
Uang sulit disayang...
Hingga terbiasa melihat kerabat sakit...
Sekarat, dan mati...

Pemilu datang, sempurna...
Presiden baru, harapan lama...
Mereka menyebut kami, dalam kampanye...
Uraikan janji, yang sulit ditepati...

Buang! Buang semua omong kosong!
Kami bukan bahan kampanye...
Pada tuhan saja kami berharap...
Kalian tuli, kalian buta, kami tak terlihat...

Kini negeriku, hanya ironi...
Ironi dalam mimpi...
Mimpi yang sempurna...