Kembali


"Kalau sekarang, mau gak nembak lagi ?"

Kalimat yang gak pernah gue duga bakal keluar dari dia, orang yang gue tunggu selama 7 tahun lamanya.

~~~~~~~~

Tujuh tahun lalu, tepatnya di kampus swasta islami daerah Tangerang Selatan. Gue berada satu kelas dengannya, bahkan satu kelompok mata kuliah.

Dan disitulah...
I was Fallin in love at the first sight~

Gue awalnya gak terlalu percaya sama jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi pas ketemu dia, gue baru percaya, yang kayak gitu itu beneran ada ternyata.

Rasa itu perlahan muncul dan terus meningkat. Gue bukan lagi cinta, tapi sayang. Gue gak mau kehilangan dia, mau terus ada di dekatnya. Tapi..  saat itu bukan waktunya untuk pacaran. Gue harus bisa mengontrol ego.

Lagipula gue takut, saat itu perasaan gue memang beneran cinta, atau hanya penasaran aja.

Karena setau gue, hal yang kita dapatkan dengan cepat, bakalan cepat juga hilangnya.

Dan ternyata, otak gue gak bisa berhenti mikirin dia. Sial, gue kayaknya jatuh cinta. Tapi gue gak punya nyali untuk mendekati. Dasar, anak lemah.

Tapi karena perasaan semakin memuncak, dan semakin lama semakin gak bisa ditahan. Gue akhirnya beranikan diri buat ngechat via BBM,

"Aku nyaman sama kamu. Aku gak bisa ngerasain ini di cewek lain. Entah kenapa cuma sama kamu. Maaf, tapi jujur aku suka sama kamu."

Tangan yang mengetik cepat, dengan getaran hebat, ditambah hati yang deg-degan. Membuat gue gak tenang menunggu jawabannya.

Setelah ditunggu, sayangnya gue mendapat jawaban yang tidak gue harapkan,

"Maaf ya, aku belum mau untuk pacaran. Masih banyak yang harus aku raih. Aku juga masih asyik dengan duniaku sendiri. Aku belum bisa berkomitmen. Pasti ada saatnya waktu itu akan datang. Sekali lagi, maaf yaa."

Nyesek ? Iya.
Kecewa ? Pasti.

Tapi positif nya, gue ngerasa lega karena sudah bisa mengeluarkan perasaan yang selama ini dipendam.

Cinta memang tidak harus memiliki, tapi setidaknya mengakui.

Beberapa Minggu kemudian, gue dapat kabar kalau ternyata dia pacaran sama senior kampus.

Tentu gue sangat kecewa.

Bukan, bukan kecewa karena dia gak milih gue. Tapi karena dia sudah berbohong atas alasannya menolak gue.

Padahal gue lebih suka ketika itu dia bilang,
"Maaf, di hati aku udah ada orang lain.",

Kan simpel. Tapi yasudahlah.

Menjelang akhir perkuliahan, gue sempatkan untuk membeli 1 buah novel sastra fiktif, yang nama penulisnya gabungan dari nama gue dan dia.

Gue gak tau dia suka apa enggak, tapi yang gue mau, ketika lulus kuliah nanti dia tetep inget gue.

~~~~~~~~~~~~~~

Agustus 2018,
Kita pun akhirnya lulus kuliah! Saatnya melangkah ke kehidupan, karir, dan petualangan baru.

Mungkin dengan berada di lingkungan baru nantinya, gue bisa menemukan orang yang bikin gue jatuh cinta lagi.

Tapi sialnya...

Rasa ini gak pernah hilang. Gue masih menaruh hati pada wanita yang sama, dengan dia yang bahkan waktu, pikiran, dan hatinya sudah dimiliki orang lain.

Bukan setahun dua tahun, TAPI 7 TAHUN !!

Gue sempat lelah dan kecewa dengan diri sendiri. Kalau bisa marahin hati sendiri, rasanya pengen bentak,

"Dari sekian banyak cewek di Dunia ini, kenapa cuma dia yang ada di hati lo sih ?!"

Aneh bett.

Bahkan ketika satu-persatu temen kuliah memberikan surat undangan pernikahan, gue sempat bilang ke temen,

"Kayaknya gue belum siap kalau nanti giliran waktunya terima undangan nikah dari dia."

~~~~~~~~~~~

Hari demi hari berlalu..
Tahun demi tahun terlewati..

2021, awal komunikasi kita nyambung lagi.

Di Instagram, dia meng-upload story bergambar novel yang dulu gue kasih sebagai kenangan di masa kuliah.

Dari situlah, chat pertama hadir setelah sekian lama nama dia gak muncul di notif.

Dua bulan kemudian, gue kembali berkomunikasi untuk membantu dia merawat bapaknya yang terinfeksi Covid-19.

Gak lama berselang, komunikasi kami semakin dekat ketika gue membantu dia mencari darah untuk kakaknya yang sakit Leukimia. Gue bahkan naik motor berdua ke RS Dharmais Jakarta barat.

Malam itu, kita menghabiskan malam bersama. Dengan kondisi berbeda, namun masih dengan rasa nyaman yang sama seperti 7 tahun lalu.

Tapi, gue masih mencoba membentengi diri untuk tidak berharap lebih. Malam itu, gue hanya sekedar membantu.

~~~~~~~~~~~~~ 

Rentetan kejadian menyedihkan pun ia alami. Dari mulai bapaknya meninggal, lalu kakaknya, hingga cowok yang memacari selama 7 tahun dan berjanji menikahinya, tiba-tiba punya 1000 alasan untuk pergi.

Menghadapi kenyataan itu, ia sangat patah. Sepatah-patahnya.
Sangat hancur, sehancur-hancurnya.

"Aku sempat niat untuk bunuh diri."

Itu ucapan yang gue dapat setelah gue mulai berkomunikasi lebih intens.

~~~~~~~~~

Dari awal bapaknya sakit, ia memang sudah terlihat berjuang sendiri. Si cowok tidak bertanggung jawab itu hanya ingin senang-senang. Ketika pacarnya susah ? dia menghilang.

Padahal, jika ia benar-benar serius, dia akan bantu dan gak rela pacarnya menghadapi kondisi itu sendirian.

Apalagi, mereka berdua akan nikah di tahun ini. Iya, setidaknya itu yang si cowok janjikan. Meksipun ternyata cuma omong kosong.

Setelah ia bersenang-senang dan memuaskan hawa nafsunya selama pacaran, ia pergi meninggalkan pacarnya dengan 1000 alasan.

B*jing*n.

~~~~~~~~~~~~~

Kisah diatas adalah kisah yang gak gue ketahui sebelumnya. Gue gak tau ketika saat bantu dia selama ini, ternyata mereka masih ada hubungan. Yang gue tau hanyalah, ia berjuang sendiri dan gue harus bantu.

Setelah kita berkomunikasi mulai intens, wanita yang gue tunggu kehadirannya dari 7 tahun lalu, datang lagi dengan bilang,

"Sekarang kamu gak mau coba buat nembak lagi ?"

Awalnya gue masih mencoba untuk tetap membentengi diri. Gue gak tau harus bereaksi seperti apa. Takutnya, ini hanya bapernya gue aja.

Ah, paling tetap gak ada perasaan apa-apa.

~~~~~~~~~~~~~~

Semakin intens kita berkomunikasi, ia semakin frontal mengutarakan perasaannya.

"Sejak di Dharmais itu, entah kenapa aku merasa nyaman. Dan perasaanku ke dia langsung menghilang gitu aja."

"Aku masih punya harapan gak?" Dia melanjutkan.

Gue masih gak tau harus jawab apa. Saat itu gue hanya jawab singkat,

"InsyaAllah iya."

Meskipun terdengar bodoh karena gue dengan mudahnya menerima dia yang baru saja putus. Tapi sekali lagi, gue selalu siap menerima dia dengan tangan terbuka.

Dia yang dulu sempat menjauh dan hilang, kini kembali lagi~ 

Mulai hari itu, komunikasi kita sudah sangat intens. Kita pun mulai saling bertukar cerita dan latar belakang masing-masing...

Di sela-sela pembahasan yang semakin frontal, gue ikut mengatakan secara gamblang,

"Aku nunggu kamu selama ini. Rasa itu sama sekali belum berubah, masih sama seperti ketika aku kenal kamu 7 tahun lalu."

Hingga kini, kami sudah banyak mengatakan hal serius. Sudah saling mengenal satu sama lain. Serta tidak lupa untuk saling mengingatkan dan membimbing ke jalan yang lurus.

Tidak butuh waktu lama, kami mau hubungan kami bisa bernilai ibadah dan di ridhai Allah SWT.

"Kalau kamu benar-benar serius, kamu datang ke rumah temui ibu." Itu yang dia tegaskan pertama kali.

"InsyaAllah aku siap." Balas gue penuh keyakinan.

Kini Alhamdulillah, gue dan dia sudah semakin dekat. Banyak hal yang sangat kita rasakan selama ini, bahwa proses nya dimudahkan Allah SWT.

Padahal baru beberapa bulan bertemu kembali, namun sudah terasa lama. Bahkan sudah sejauh ini, hingga kedua orangtua kami pun sudah di tahap saling mengenal, bertemu, dan membicarakan pernikahan.

Memang benar kata banyak orang,

Jangan risau sama takdir. Jangan terlalu menggenggam erat apapun yang sedang kau miliki. 

Jika ditakdirkan bukan milikmu, seerat apapun kau menggenggam nya, pasti akan lepas juga. Begitupun ketika kamu melepaskannya, jika ia memang ditakdirkan untukmu, ia akan tetap jadi milikmu.

Umar bin Khattab pun pernah ngajarin kita,



Sampai sekarang pun, rasa gue gak pernah berubah. Bagaimana pun kondisi dia sekarang, gue tetap berniat membahagiakan dia.

Tapi gue juga tidak sedang menggenggam erat. Gue hanya sedang mengikhtiarkan. Biarlah takdir pada akhirnya yang menentukan akhir perjalanan.

Apakah gue memang jodohnya?
Atau hanya sekedar persinggahan untuk dia dapat yang lebih baik ?

Setidaknya, gue tetap berikhtiar.

Bismillah.

Comments